Ada beberapa hal yang sangat berharga , yang patut kita telaah tentang keberhasilan Baginda rasululloh saw. dalam membangun peradaban di bumi.
Pertama , Baginda Rasululloh, selalu menempatkan dirinya sebagai pelopor kebaikan, dimanapun beliau berada. Baginda tidak pernah meyuruh apapun kecuali beliau sendiri orang yang pertama melakukannya, padahal sebagai kepala negara, beliau memiliki wewenang dan kekuasaan untuk memerintah rakyat dan umatnya. Hal tersebut sering luput dari pengamatan kita. Ketika ditakdirkan memiliki kekuasaan, maka yang terbayang oleh kita adalah kekuatan untuk memerintah orang, kekuasaan untuk meyuruh orang, tidak pernah terbersit di benak kita untuk sekedar memberi contoh. Alhasil, manakala bawahan kita, atau orang yang disuruh tidak melakukan apa yang kita perintahkan, atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka yang terjadi adalah kemarahan, ketidakpuasan dan kekecewaan, dan puncaknya adalah penghinaan kepada orang lain, yang sadar tidak sadar membuat orang lain terhina dan teraniaya.
Rasululloh SAW, senantiasa banyak berkata dengan perbuatan daripada berbuat dengan perkataan, sehingga umatnya senantiasa berlomba-lomba meniru kebaikan yang diwariskan oleh baginda saw.
Kedua, baginda Rasul, selalu berani mengakui kelebihan orang lain dalam kebajikan, sehingga tak henti-hentinya beliau memuji para sahabatnya yang senantiasa berlomba dalam meraih ridlo Alloh, dengan sabdanya:’ Ashabi kalnujum”, “sahabatku bagai bintang,” yang tidak hanya mampu menerangi diri sendiri, tetapi menjadi penerang bagi dunia yang gelap di malam hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar apapun gelar yang disandang beliau, setinggi apapun kedudukan beliau, tidak menghalangi untuk bisa memuji dan tidak merendahkan orang di bawahnya.
Ketiga, beliau SAW selalu bijak dalam menyikapi kekurangan orang lain, sehingga beliau tidak pernah meluncurkan cacian dan makian kepada musuh sekalipun, bahkan beliau senantiasa mendo’akan agar kaum yang memusuhinya diberikan Allah hidayah, karena keyakinan beliau bahwa mereka memusuhinya dikarenakan kebodohan akibat kegelapan hatinya tidak mau menerima kebenaran.
Allohumahdi qaumi fainnahum laa ya’lamun
Keempat, Rasululloh saw. senantiasa mampu melupakan sebesar apapun kesalahan yang dilakukan orang lain. Kita tahu, bagaimana sedih dan terpukulnya beliau menyaksikan gugurnya sayidinaHamzah ra. yang sangat beliau cintai di tangan seorang budak Abu Sofyan, yang bernama Wahsyi, namun ketika Wahsyi dan Abu Sofyan masuk Islam, dengan kebeningan hatinya, Rasulullah menerima dan mengampuninya serta melupakan kesalahan masa lalunya.
Hal-hal tersebut di atas adalah sebagian akhlak Rasulullah SAW, yang menjadi resep dalam membangun dunia ini, sehingga berubah dari kegelapan menjadi terang benderang seperti ini, minna zhulumati ilaa nuur.
Oleh karena itu, jika ingin merubah diri menjadi lebih baik dari hari kemarin, ingin menjadikan keluarga menjadi sakinah mawaddah warrohmah, ingin putra-putri menjadi shaleh shalihah, ingin istri atau suami menjadi suri tauladan keluarga, ingin merubah lingkungan kita menjadi lingkungan yang aman, tenteram, penuh dengan kedamaian, mulailah menempatkan diri kita menjadi pelopor segala kebaikan, senantiasa mampu berkata dengan perbuatan, dan mampu memberikan contoh keteladanan dalam segala hal.
0 komentar :